Jumat, 12 Desember 2014

:'(

Aku terlalu lupa bagaimana rasanya bersedih, sudah ku kepung hatiku dengan jutaan mentari agar mendung tak bisa masuk begitu saja tanpa izin. Bahkan jika harus menangis-pun aku sudah punya tameng untuk segera menyuruhnya diam.
Ada getir yang mengendap saat tak dapat lagi ku sentuh jemarimu, kemudian bertambah pilu ketika hanya ada gambarmu saja yang terdiam membisu di rumah kita. Rinduku tak lagi satu, ia sudah tumbuh dengan beringas setiap waktu, tanpa perlu di pupuk akarnya telah menjalar menembus dinding dan ruang terdalam hatiku. Kadang ingin mencaci Tuhan kenapa Dia lancang memanggilmu tanpa persetujuanku, namun Imanku masih utuh Ayah, Ia tetap kuat meski ribuan onak membombardir pertahananku.

9 Desember lalu adalah tahun pertama aku melewati hari kelahiranku tanpa Kau.
tak mengapa Ayah, banyak sekali yang menyayangiku dan mendoakan kesuksesanku. Kau tak perlu khawatir, aku selalu baik-baik saja.
Aku hanya ingin kau tahu Ayah, menulis cerita tentangmu tak akan pernah ada habisnya bahkan sampai kata-kata lenyap di dunia, tak kan sampai membuatku berhenti bercerita.
dan Hari ini, bolehkah aku berucap rindu? karena aku begitu merindukanmu.
aku tersengal-sengal seperti orang yang kehabisan tenaga. Tenagaku habis untuk merindukanmu.
Jika kau sedang berada bersama Tuhan sekarang, bisakah kau bisikkan pada-Nya mengenai keinginanku yang belum sempat Ia jawab??

Menyesal karena belum mampu mengukir senyum di wajah tuamu dan maaf karena belum sempat menanam bangga di hatimu.
Sudah Ayah, Aku berharap kuburmu akan selalu terang karena doa-doa yang dikirimkan oleh anak-anakmu.
Aku berdoa kau bahagia di syurga sana.
Aku Merindukanmu Ayah.......

Minggu, 07 Desember 2014

S-E-L-A-S-A

Aku sedang tidak ingin berdebat dengan perasaan, 
baru saja sekilas wajahnya menyeringai, aku sudah mau jatuh dari tangga.

Aku merasa seperti meretas pada helaian benang di atas langit, menakutkan saat melihat benang yang ku injak nyaris putus. Bagaimana jika aku terpeleset dan kemudian tersungkur. sedang menengok ke bawah saja aku tak ada nyali, membayangkan saja membuat mataku berair.
Sudah.. Aku sedang tidak ingin berbasa-basi, pasti kau juga bingung dengan maksud yang ingin aku utarakan. Begini saja, beri aku waktu untuk berfikir, cukup satu menit agar aku bisa merasakan sekali hisapan nafas dari hidungku, biarkan aku merasakan udara yang masuk berdesakan ke dalam paru-paru. Dan setelah ini mulutku akan terbuka, berkata dengan bahasa lincah yang seringkali kau dengar. Dan semoga kali ini kau tidak menutup telinga.

Mungkin kau sedikit heran, kenapa setiap selasa sore aku mendongakkan kepalaku pada pintu coklat itu. Di jam dan menit yang sama pula kau datang tepat di depanku.
Sengaja aku menunggu kedatanganmu di balik pintu itu, tapi sungguh aku tak sengaja jika menit kita selalu beriringan. 
Pasti kau tak percaya, Apa kau mulai berfikir aku dengan rinci menghitung setiap menitnya, atau jangan-jangan kau berfikir aku sudah mencatat dengan cermat pukul berapa kira-kira kau datang. Jika iya tolong hapus segera spekulasi-mu itu. Aku tidak suka hal-hal yang berhubungan dengan angka, dari dulu aku begitu muak dengan matematika. lantas bagaimana bisa aku menghitung detailnya pertemuan kita di depan pintu.
Mungkin kita berjodoh? aiihh terlalu dini berfikir seperti itu. Atau, mungkin hanya kebetulan.
Kebetulan katamu??jika iya kenapa lebih dari tiga kali. Apa itu yang bisa di sebut dengan kebetulan.

Aku akan menceritakan yang sejujurnya padamu,
tapi tunggu, pastikan tidak ada orang lain di sampingmu. Jika kau berada dalam satu ruangan maka buat ia kedap suara, karena aku tak ingin orang lain mendengar pengakuan-ku.
Baiklah, rasanya kau masih terlihat tenang, padahal aku gugup setengah mati.
kenapa posisiku mirip seperti tersangka yang di selidiki terkait tindak pidana??
Haiii. aku hanya ingin mangakui sesuatu padamu laki-laki berwajah kaku.
tak bisakah senyummu itu merekah sedikit saja.

Tentu saja bukan kabar buruk, ini akan melegakanku
sesuatu ini sudah sangat lama, sepertinya nyaris berkarat.
Kau pasti juga akan lega kan, ini akan menjawab rasa penasaranmu beberapa bulan yang lalu.
bagaimana??apa kau siap??sepertinya kau mulai ragu. perlu aku beri waktu.

Aaah kau tak ingin mendengarku, jika terlalu memekik tak apalah segera tutup telingamu.
atau begini saja, kau cukup bertukar perasaan denganku.
Bagaimana, apa kau sanggup?