Senin, 12 Oktober 2015

Barangkali :)

Barangkali, ada doa yang terlewat saat aku sedang bersujud pada-Nya,
mungkin Tuhan masih menunda jawabannya, menunggu ketukan hati sekali lagi...apa ia akan tetap kokoh atau sudah berubah bentuk. 
Atau bisa jadi aku yang tak peka dengan kode itu, terus menimang-nimang harap. Padahal jelas sudah tersirat....Tidak
Katanya, jika dalam perjalanan terlalu menyesakkan, boleh jadi itu merupakan jawaban... Tapi apalah diriku yang terlalu bebal, tetap ngotot dengan persepsi sendiri. Menenangkan hati seperti tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Tak ada tokoh lain dalam pembicaraanku dengan-Nya, masih seputar Kau.

Barangkali, waktuku mulai habis untuk berbicara Rindu,
aku sudah hafal sekali dengan lima huruf berdaya serap tinggi itu, Ia menyerap apa saja dalam diriku... menyerap habis konsentrasiku, menyerap daya imajiku, dan naas-nya ia tanpa ampun menyerap semua bunga tidurku.
Sayangnya aku tak pernah mau melawan, ku biarkan saja ia menyita ragaku... ku biarkan ia menyergap seluruh persendian hatiku.
berharap mampu ku tenun wajahnya, dan ku pasang di dinding kamarku, atau ku jadikan bantal pengantar tidur.
Belum ada tokoh lain dalam pembahasan ini, masih tentang Kau

Bagaimana jika Edelweis ku kirimkan padamu malam ini??semoga kau terilhami dengan keindahan dan keabadiannya.
persis Rinduku yang terus menyala.

Selasa, 06 Oktober 2015

Seperti itu perempuan yang kau cintai?

Aku mendapati dirinya sedang membaca sebuah buku bertema sosial-politik di perpustakaan kampus hari ini, dengan jumpsuit dan cardigan panjang yang melekat pada tubuhnya di tambah dengan polesan wajah yang natural, membuat aura kecantikannya semakin tampak. Sungguh ia lukisan Tuhan yang sempurna.
aku memperhatikannya dari sudut perpustakaan, tempat yang bagiku sangat strategis untuk membaca novel sambil sesekali sesenggukan karena cerita harunya.
Jika di bandingkan apa yang aku baca dengan apa yang dia baca, jelas terlihat perbedaan di antara kita. Apalagi saat ku dengar dia adalah mahasiswa S2 dengan segudang prestasi, jelas aku bukan apa-apa.

Tiba-tiba perasaan ini menelikung, aku yang tak mampu bersaing secara kualitas dengannya tak perlulah sibuk untuk mendapat perhatianmu. karena hanya akan ada wajah lelah dan mata sembab yang menjadi perhiasan hari-hariku.
Aku terus menyadarkan hati yang mulai kurang ajar, menampar persaaan ini dengan pisau-ku sendiri, setidaknya aku yang menyakiti diriku sendiri, bukan dia.. bukan juga kau. Karena sungguh kalian berdua tak tahu menahu tentang perasaanku yang tak tahu aturan itu.

saat ini aku menjadi perempuan yang tak tahu diri, memintamu untuk melupakanya dan mencipta kehidupan baru bersamaku.. heeh aku ini siapa????? jelas sama sekali kau tak memperdulikanku.
kebersamaanmu dengan perempuan itu, meninggalkan jejak-jejak kenangan yang tak mampu kau bungkam, meski bisu namun aku sangat tahu kedalaman hatimu untuknya.
kadang aku berfikir kau begitu serasi dengan dirinya, jika Tuhan mengizinkan dan memberikan kesempatan lagi kau berjodoh dengannya, mungkin kalian akan menjadi pasangann cinderella dan pangerannya dalam cerita dongeng atau bisa saja duplikat Romeo-Juliet yang cintanya terbawa sampai mati.

Dan membayangkan ini, serasa seluruh tubuhku di guyur se-ember es, dingin, tubuhku tak bereaksi.
rasanya aku  kehabisan akal, ingin sekali aku merubah penampilanku persis seperti dia... hanya agar bisa kau toleh.
tapi... sampai beratus kali bersolek dan berjuta kali membaca buku berat, tetap tak bisa aku menyamainya.
karena pada kenyataannya Tuhan menciptakan kita berbeda..
bukan hanya tentang aku dan perempuan itu... tapi juga tentang aku dan Kau.
Kita berbeda....

Selasa, 11 Agustus 2015

Ku sebut ini L-U-K-A



Setiap sore, aku selalu menyempatkan diri mengintip keluar jendela. Harapanku di ujung pintu sana kau berdiri dengan senyum menyapa. Rambutmu yang selalu terlihat klimis dan setelan kemeja-mu yang rapi membuat karismamu terpancar di antara gemerlapnya senja sore itu.
Setelan-mu sama sekali tak dapat di padankan dengan diriku- Apalah aku yang baru belajar mandi 2 kali sehari, menepuk bedak meski masih tak rata, memakai model baju kekinian dan mengikuti gaya hijab masa kini.
hingga mulai nampak ketidakwarasanku dengan mematutkan wajah di depan cermin sampai ratusan menit setiap hari hanya sekedar memastikan agar jerawat tak sampai tumbuh.
Malu sekali, jika suatu hari nanti tak sengaja kita bertemu dan penampilanku tak sedap dipandang.

Dalam diam, aku memohon pada Tuhan agar kau menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupanku,
aku masih berusaha mengajukan kontrak ini pada-Nya,
namun jikalau menginginkanmu hanya mengusik Catatan yang sudah di gores sebelumnya, maka tak pantas rasanya jika aku mendikte Tuhan.

Satu hal yang ingin ku katakan, "Jangan kau tampik kerinduan ini, aku sudah setengah mati menjaganya untuk tetap mekar meski kekeringan".
Kau bukan lagi anak kecil yang butuh di papah untuk meng-eja rasa

Aku akan tetap di sini, menunggu di ujung senja hingga sampai pada batas waktunya,
jika kau tetap tak bergeming ... maka ku sebut ini LUKA.

(Diam-ku) Aku Terluka


Diam-diam aku selalu merutuki diriku sendiri karena terus mengikutimu.
langkahmu yang begitu cepat dan angkuh seakan tak mampu ku kejar
saat mulai lelah, aku berhenti sebentar namun sekejap mata kau sudah begitu jauh.
Kau ini manusia macam apa heh?? aku hanya takut kau tersandung saat aku alpa mengikutimu.
Ku panggil namamu berulang kali sampai serak tenggorokanku, dan kau lupa aku tlah tertinggal jauh.
Naas-nya aku tak pernah tahu bahwa kau sama sekali tak tertarik untuk menunggu
bagimu itu pekerjaan yang menjemukan.

Mengapa setiap kali merindumu pekat sekali hariku, pait lidahku dan sesak kerak hatiku.
kau mengujiku dengan terus memaksa untuk mengikutimu, bahkan sampai jatuh tersungkur pilu.
Bagaimana bisa kau tak paham perihnya sayatan rindu,
bukankah sering ku katakan padamu (dalam diamku) bahwa aku terluka.
Mengertilah... sedikit saja, jadilah sedikit lunak untuk sekedar menggenggam jariku. 

Kali ini ku katakan pada luka agar segera sembuh
ku katakan pada rindu agar segera luruh
karena (dalam diamku) aku Merindukanmu.
Rindu yang susah sekali di ajak kompromi, hingga meluluh lantahkan benteng perasaan
Aku takut.... akal sehatku tak punya daya tampung lagi, aku takut hatiku yang lembek ini-pun tak kuasa menfilter 'kotoran'nya.

Aku tahu... dan Hatiku juga tahu...
(Diamku) aku terluka hebat.

Selasa, 16 Juni 2015

Sungguh.. Kau LUPA?

Aku sedang mencarimu, hanya ingin mengucapkan 'terima kasih'

Jangan seperti angin yang hanya semilir berhembus lalu hilang, sebelum kau pergi bawalah ucapan 'terima kasih' ku masuk ke dalam kehidupan barumu.
kau jangan salah sangka, apalagi sampai berfikir anganku berada di sampingmu lagi. Tuhan juga tahu, sudah tak ada tempat lagi untuk kau berdiam di hatiku. Ruangan itu sudah ku isi dengan pemandangan baru.
Aku hanya tak ingin meninggalkan hutang padamu, tak sampai hati jika nantinya ku temui kau jatuh miskin dan bergelar karpet tipis di halaman rumahku. Jadi sudah sepantasnya ku lunasi

Aaah, bukankah kau juga berhutang padaku?? kau bilang akan mencicilnya separuh, tapi sampai hari ini aku tak menerimanya.
Kau masih tak tahu apa hutangmu?? Ya Tuhan, apa harus aku mengingatkanya lagi, setidaknya adalah dalam ruang kosong pikirmu mengingat hal itu.
Ingin rasanya menggugat 'maaf' dan merenggutnya dari hidupmu, sehingga kau lupa bagaimana caranya menyakiti. 
Tapi, ku pikir lagi... Cukup Tuhan saja yang akan bergerak. saat itu, maaf karena aku yang tak bisa melerai.

Kau bisa saja menangis dan merutuki diri, atau menyumbat luka dengan kain lusuh 'satu-satu'-nya milikmu,agar darah yang keluar tak sampai membuatmu mati.
Sungguh... aku tak bisa menolongmu (lagi), Maka, janganlah terlihat menyedihkan.
Bagaimana?? apa cukup mengerikan untuk saat ini??

Rabu, 10 Juni 2015

Beruntungnya wanita itu

Aku menemuimu di subuh ini, subuh yang bagiku sangat dingin dan ngilu
memanjatkan doa terbaik kepada si-empunya bumi, mungkin saja Dia berbaik hati menukar takdir.
tak mengapa kan, jika wanita yang sudah kau temani selama 3 tahun pada akhirnya pergi? apa kau akan sangat terluka?bagaimana jika kau dapat pengganti seperti aku?
Hahaha sepertinya cukup menyenangkan berimajinasi tentangmu.
kau tak perlu marah, aku hanya sedikit becanda untuk menghibur hati yang belakangan ini terasa mulai sumpek dengan berbagai macam pertanyaan.... yang sebenarnya tidak perlu ku jawab.

Apa kau tahu, belakangan ini kau selalu saja muncul di hadapanku, menyapa dengan senyum hangatmu, mengajakku berbicara banyak hal.
namun aku tak cukup bernyali menatap matamu lama, ku tundukkan pandanganku atau aku pura-pura sibuk dengan pekerjaanku. Tapi semakin hari, tema pembicaraan kita semakin bertambah.
Aku yang tadinya hanya menjawab sepatah dua kata, sekarang menjadi lebih ceriwis menambah kosa kata.

Beruntungnya wanita itu....
bisa mencintaimu dan kau-pun mencintainya.
aaahhh tapi Tuhan tak akan membiarkanku seperti ini terus :)

Minggu, 03 Mei 2015

(Lagi)

Jika suatu hari nanti aku mendapatimu bergandengan tangan dengan orang lain, Aku pasti tahu dialah perempuan hebat yang telah kau temukan dan kau cintai.
kau mungkin tak pernah tahu, perempuan ini diam-diam telah mengumpulkan kekuatanya untuk bisa menumpahkan rindu.
namun tak pernah bisa, terlalu menakutkan menggantungkan harapan pada seseorang, terlalu menakutkan jika meletakkan hati pada seseorang dan terlalu menakutkan mencintai seseorang (lagi).

Aku tak pernah menginginkan kebekuan ini, aku selalu ingin berjalan normal pada lintasanku sebagaimana mestinya. tak berbalik pada hal yang tak semestinya aku lihat dan aku rasakan lagi.
Aku selalu ingin menyerah jika rasa sakit itu kembali merajam, di situlah aku merasa takut berdiri.

Tuhan.. jika boleh aku meminta sekali dalam hidupku, Sandarkan hatiku pada seseorang yang tak kan pernah pergi meski penat kehidupan yang akan kita lalui.
jangan tempatkan hatiku pada ruang yang salah, peluk hatiku jadikan ia sekuat baja.

Minggu, 15 Maret 2015

Tokoh Utama

Aku sedang tidak baik. detak jantungku bergemuruh tidak pada mestinya, persis seperti langit hitam ketika di susul mendung. Aku juga tidak tahu pasti jenis luka seperti apa yang ku rawat, rasanya begitu dalam dan menyayat.

Hai laki-laki yang menjadi pemeran utama dongengku, tidak apakah jika namamu menjadi tokoh utama?
sudah ku tulis prolog-nya dengan apik, meski akhirnya aku bingung bagaimana menyudahi-nya, begitu sulit menuliskan satu kata Tamat dalam dongeng ini
tanganku seperti tidak ingin berhenti menulis, terus saja menulis meski mataku sudah berair karena perih, meski tanganku pegal namun aku tak pernah kehabisan rangkaian kata untuk bercerita tentangmu.

Apa kau tahu bagaimana perasaan ini merajamku setiap waktu?
apa kau pernah bertanya, bagaimana hatiku saat di cengkeram rindu?
tentu saja tidak, karena kau terlalu sibuk dengan duniamu.

sudah ku kabarkan pada angin untuk membawa namamu pergi jauh, agar tak meletup lagi perasaan yang tak seharusnya kembali.
kau tak cukup dewasa untuk mengetahuinya, tak pula cakap untuk dapat menjelaskannya.
Aku akan segera menyudahi dongeng ini, meski tetap ku biarkan menggantung ending-nya karena masih sulit untukku temukan epilog-nya.
Biarlah Tuhan yang menjawab nanti.

Kamis, 05 Maret 2015

Episode_RINDU

Ku pikir aku sedang merindukanmu, itulah kenapa aku ingin menulis meski mataku sudah sangat mengantuk. tidak ada cara lain bagaimana harus menyampaikan kerinduan ini padamu.
sudah ku habiskan seperempat malam hanya untuk bermesraan dengan potret usang yang setia ku gantung pada dinding kamarku, berharap rindu ini akan segera luruh.
namun kenyataanya semakin aku meresapinya, semakin aku lunglai di buat candu rindu olehmu.

Kepada hujan yang selalu datang di permulaan senja, yang rintikannya seakan memutar ulang kenangan masa lalu, aku berdo'a semoga Tuhan berbaik hati dan membiarkanmu kuyup di bekap hujan, karena di sana-lah aku titipkan jutaan kerinduan yang tak bisa di sampaikan oleh kata.
juga pada senja yang keemasan, semoga kau juga tetap berlama-lama memandangnya, karena di sana-lah ku torehkan namamu pada diorama mentari yang menyelinap masuk ke pelukan langit.

Ku tawarkan sekali lagi pada hatiku, untuk tetap menyimpan kerinduan ini atau membuangnya pada sungai deras yang selalu ku lewati setiap berangkat kuliah. Dan Ia tetap kokoh bertahan pada satu nama baru penghuni rongga hati, yang siluetnya sudah mondar-mandir memenuhi ruang pikirku.
Meski kau tak pernah sekalipun bertanya, apakah aku sanggup membawanya sendiri? kau tak pernah menawarkan bantuan untuk membopongku pulang karena terlalu lelah memikul rindu.

Ma'af beribu ma'af jika memang perasaanmu tak sama, karena itulah aku hanya mampu mengintipmu dengan cinta yang malu-malu.
tapi bolehkah aku bertanya. 
Pernahkah aku berdiam pada perasaanmu, meski dalam waktu yang singkat? atau aku sempat mengganggu bunga tidurmu, hingga kau terbangun dan tersenyum karena mengingatku? juga ketika teman-teman tanpa sengaja menyebut namaku, apakah kau lantas mengingatku dan merindukanku?

Minggu, 22 Februari 2015

pada Akhirnya

Seringkali aku berfikir tentang duniamu, dunia di mana kau bisa berimajinasi dengan riuhnya, Dan aku yang tak mengerti itu.
Aku melihatmu sibuk dengan jadwal kencan buta, menerima banyak sanjungan dari para wanita. Lagi-lagi aku tak mampu memahami jalan hidupmu.
Bukankah setiap detik waktumu selalu beriringan dengan waktuku? namun, kau memberiku sedikit jeda untuk berfikir tentangmu, memahami segala ekspresi wajahmu serta gesture tubuhmu. 
Aiiiih seandainya kau tahu, bagaimana Riuh redam perasaanku membaui aroma parfummu yang melekat di atas karpet yang ku jadikan alas tidur. pasti kau berfikir aku kurang waras? begitulah, aku pun sama berfikir tentang diriku. Aku menjadi perempuan paling bahagia saat lakumu terukir jelas dalam bunga tidurku, nyaris aku tak mau bangun meski percikan air dari Ibuku telah membasahi sebagian bantalku. Aku tetap tak ingin terbangun dari mimpi tentangmu.

Hai laki-laki berwajah senja, kali ini aku tak sanggup lagi menahan magma perasaanku yang mungkin sebentar lagi akan meledak, Bisakah kau carikan tempat agar laharnya tak keluar dan memporak-porandakan kerja otakku.
Aku melihat banyak sudut dalam duniamu, namun tak ada satu sudut-pun yang mampu ku jangkau. mungkin terlalu gelap, terlalu terang atau terlalu dalam hingga satu-pun tak ada yang ku dapati.
Mungkin benar kata orang, 'kau dan aku sungguh berbeda'. Ada dunia yang tidak mampu kita sulap menjadi satu, Yaah Duniaku dan Duniamu
Dan pada akhirnya, kita akan kembali pada dunia masing-masing.
Terima kasih sudah memperkenalkan dunia baru, meski sungguh tak bisa aku memahaminya dengan utuh.

Jumat, 09 Januari 2015

Sedang Ber m-i-m-p-i

Aku sedang bermimpi, 
dan aku sedang lupa hingga detik ini aku masih bermimpi. aku terlalu lupa dari pintu mana aku masuk dan lewat pintu mana aku akan beranjak pergi.
Mimpi ini, 
kadang aku berfikir untuk meminta pada Tuhan agar di bekukan saja, 
karena lewat mimpi, Aku bisa membaui aroma parfum bajumu, aku bisa mengajakmu bercerita panjang kali lebar, aku bisa menatap wajahmu begitu lama tanpa kedipan mata.
Dan aku tak perlu takut, jika nantinya aku terbangun dan tak mengingatmu lagi, atau sebaliknya kau yang tak mengingatku. setidaknya aku sudah pernah menggenggam kenangan kita jauh di dalam sini, di palung hatiku.

Aku juga tak perlu malu, untuk menanyai kabarmu, jika kita bertemu lagi di alam nyata. Karena kau telah lupa kita pernah bertemu pada mimpi yang tak kunjung selesai itu.
cukup aku yang akan menyimpannya sendiri, sampai lelah perasaan ini, sampai penuh memori dalam pikiranku. sampai aku benar-benar sadar bahwa kemarin hanya mimpi, dan sekarang tiba pada saatnya aku harus bangun.
semoga aku tidak terlalu lelah membawa namamu kembali di pagi ini
semoga aku juga tak terlampau kecewa, karena kebersamaan denganmu musnah seiring dengan usapan liur di bantalku.
Karena seketika itu aku sudah ingat 'aku sedang bermimpi'

Kamis, 01 Januari 2015

Dan kamu

Lagi dalam berbagai kesempatan, aku masih terlalu mudah menyebut namamu
gerakan lidahku begitu lincah merangkai rentetan huruf yang tidak lain adalah bagian dari namamu.
sepertinya aku harus mengupgrade kembali hatiku agar kembali bersih, setidaknya dari coretan masa lalu
andai saja hatiku ini komputer yang setiap kali di upgrade dapat kembali normal.

Apa sekarang kau sedang berbahagia dengan kehidupanmu? setidaknya kau harus menjawab itu, agar aku bisa memastikan kapan namamu harus benar-benar aku lenyapkan dari hati dan pikiranku.
apa kau senang, perempuan ini masih saja memikirkanmu meski dengan cinta yang malu-malu.
dengan batas waktu yang... sudahlah jangan di bahas lagi.

Rinduku Rindumu satu, ia bergerak maju ke arahmu bahkan tanpa di tuntun-pun Ia sampai dengan selamat.
jika begitu, barangkali aku telah salah menungguimu hingga kehilangan air mata.
Segera, ku delete kau dari relung kecil hatiku