Jumat, 19 Agustus 2016

Untuk Kamu

Seminggu lalu aku baru saja menerima ijazah double degree-ku, susah ternyata hanya untuk mendapatakan 2 lembar kertas aku harus berjibaku dengan buku untuk menyelesaikan penelitian hukumku sesuai dengan target yang telah aku canangkan.
tapi aku cukup bersyukur karena pada akhirnya semua "penderitaan" saat kuliah telah tamat. kenapa aku sebut dengan penderitaan??hehehhe rasanya jahat sekali. haruskah aku mengaitkan kata "syukur dan penderitaan", itu terdengar tidak sinkron. Tapi aku tulus mengatakan aku bersyukur, dan aku juga jujur saat mengatakan itu penderitaan. hahahha sudahlah.
Aku ingin bercerita sedikit tentang hari kemarin yang akan berkaitan dengan hari ini, seolah mereka adalah saudara kandung. Aku berhasil menyelesaikan skripsiku dengan predikat A dan IPK cumlaude bahkan namaku di sebut sebagai wisudawan terbaik di dua fakultas, pencapaian yang luar biasa untuk seorang gadis biasa dengan kemampuan ala kadarnya seperti aku. Tak banyak orang tahu bagaimana aku melewati ini semua, menjalani rutinitas kuliah 300 SKS lebih selama 4,8 tahun, berkejaran dengan waktu dari gedung satu ke gedung lainnya hanya agar tidak terlambat masuk kelas barang satu menit-pun. aku akan merasa sangat marah pada diri sendiri saat aku tak bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan menjawab soal ujian dengan mudah karena kesenanganku untuk menunda-nuda pekerjaan serta penyakit malasku yang bertambah akut.
Selain kepada sahabat dekatku, aku tak pernah menceritakan kejenuhan dan "kegilaan" ku. Aku terkenal sebagai gadis yang kuat di kalangan para sahabatku dan tentu saja keluargaku. aku bahagia dengan status tersebut, itu artinya aku tak perlu berbondong-bondong menangis dipelukan mereka hanya untuk sekedar menumpahkan lelah.

Saat di wisuda, selain rombongan keluarga..
jauh jauh jauh jauh di kerak hatiku aku ingin kamu hadir, tak perlu membawa bunga mawar,melati,anggrek,sedap malam,lily,tulip atau apapun itu. Aku tak begitu suka bunga. dan kamu juga tak perlu membawakan aku coklat atau hadiah-hadiah manis lainnya. cukup kamu yang datang dan memberikan genggaman tanganmu untuk tanganku serasa mengatakan "kamu hebat Ra" sembari membentuk sudut di bibir kanan kirimu. Tapi tentu saja kamu tak akan datang, aku tak pernah mengatakan kapan aku wisuda, karena kita tak pernah sedekat itu untuk saling bertukar kabar.
Saat menerima ijazah, selain Ibu, Kakak, dan pusara Bapak yang sudah ku singgahi untuk menceritakan perjalanan kuliah yang penuh "penderitaan" ini, Aku juga ingin berbagi cerita denganmu bagaimana susahnya berurusan dengan birokrasi kampus, bagaimana aku menunggu Pak Dekan selama berjam-jam dan berhari-hari hanya untuk minta tanda tangan lembar pengesahan skripsi, bagaimana aku harus berlari-lari dari satu fakultas ke fakultas satunya untuk mengurusi administrasi yang ruwet, di kejar dengan waktu karena deadline pengambilan ijazah tinggal beberapa hari lagi. Aku ingin menceritakanya semua padamu, aku ingin meminjam waktmu satu jam saja, ehm tidak mungkin 30 menit, atau jika itu masih terlalu banyak aku akan ringkas ceritaku sehingga aku hanya menggunakan 10 menit waktumu untuk berbincang denganku.

Aku tahu di sudut kota lain, ada perempuan yang sedang menunggu kamu halalkan dan kamu telah menyanggupinya. Aku selalu ingin menanyakan bagaimana kelanjutan hubungan kalian tapi selalu urung ku lakukan. setiap jemari ingin mengetik BBM padamu, mataku tiba-tiba menjadi berkunang-kunang, kepalaku terasa berat, mataku terasa panas dan tak jarang ku jumpai percikan air yang jatuh ke permukaan pipiku.
Sebenarnya aku menulis ini dengan ragu, bagaimana kalau kamu sampai membacanya. Tapi semoga kamu tak akan pernah paham dengan maksudku. Kita tak pernah ada kabar, kamu terutama dan biarlah seperti ini seterusnya. Toh tulisan ini adalah senyapku yang ku rangkai diam-diam di sudut kamar yang hanya ku terangi dengan lampu 5 watt.

Sebelum aku mengakhirinya. aku ingin berterima kasih kepadamu karena telah mengajakku move on dari kegagalan cinta 3 tahun yang lalu, meski kamu mungkin tidak merasa dan tidak sengaja menyelamatkan aku dari lubang tempat aku jatuh.
Biar saja jika kita tak pernah saling mengabari, biar saja jika kita jarang sekali mengirim pesan BBM, agar nanti tak terlampau lukanya aku saat mendengar kabar mengejutkan darimu atau dari mulut orang lain.
aku juga akan mulai menyelesaikan perasaanku dan menghentikan diriku mencari kabar tentangmu, hanya untuk sekedar mengetahui apa kau bahagia dengan perempuan itu.


*Tulisan ini bukan untuk Dia yang sebelumnya, tapi untuk Dia setelahnya yang sudah membantuku bangun dan memberi obat merah pada lukaku. Semoga dia bahagia :-)