Rabu, 30 Maret 2016

(Sebab) Kamu

Kalimat apa yang tepat untuk mengawali tulisan ini?
 

Mungkin aku sedikit lancang untuk menjemput kembali kenangan yang sudah kau keranjangi
aku seperti punya banyak waktu untuk me-reka ulang hal remeh yang sering kita bicarakan
dadaku serasa kosong tanpa rindu yang setiap pagi kau kirim bersamaan dengan ranumnya fajar

Kembali namamu yang bertokoh dalam ceritaku.


 Bagaimana harusnya?
 




Kamis, 10 Maret 2016

Apa kau bahagia?

Beberapa hari belakangan langit selalu mendung, 
kau tahu kan aku benci sekali dengan hujan?

Tak peduli pada rintik yang mana, aku tak pernah sekalipun mengharap hari hujan. Bagiku hujan adalah cara langit untuk mengusir mendung, dibuatlah ia turun ke bumi.
Mungkin bagi langit bumi akan menerima dengan sepenuh hati.


Berbeda denganmu yang sangat mencintai hujan, 
saat ia datang terlambat kau begitu merindukannya tak peduli pada musim yang mana. hingga kau rela kuyup di bekap olehnya, bahkan kau juga rela kenangan kita dikeramasi oleh basah rintikannya.

Aku meminta maaf, 

jika selama ini tak pernah bisa menemanimu menengadah di bawah genteng rumah kita, hanya untuk sekedar mengabarkan pada rinai nya, bahwa kau sangat menantikannya. 
Tapi.. ..
aku selalu yang paling cekatan membawakanmu handuk tebal serta air hangat, takut-takut ia mengkhianatimu dan membuatmu menggigil.

Karena aku tak pernah percaya dengan pilihanmu, bahkan sampai hari ini-pun aku tetap merasa sangsi dengan jalan yang kau pilih.

Hari ini ingin ku tanyakan kabarmu sekali lagi. 
sudah lebih dari 3 tahun. Apa kau bahagia? 
sudahkan handuk yang Dia bawa sama tebalnya dengan yang ku berikan padamu dulu?