Minggu, 22 Februari 2015

pada Akhirnya

Seringkali aku berfikir tentang duniamu, dunia di mana kau bisa berimajinasi dengan riuhnya, Dan aku yang tak mengerti itu.
Aku melihatmu sibuk dengan jadwal kencan buta, menerima banyak sanjungan dari para wanita. Lagi-lagi aku tak mampu memahami jalan hidupmu.
Bukankah setiap detik waktumu selalu beriringan dengan waktuku? namun, kau memberiku sedikit jeda untuk berfikir tentangmu, memahami segala ekspresi wajahmu serta gesture tubuhmu. 
Aiiiih seandainya kau tahu, bagaimana Riuh redam perasaanku membaui aroma parfummu yang melekat di atas karpet yang ku jadikan alas tidur. pasti kau berfikir aku kurang waras? begitulah, aku pun sama berfikir tentang diriku. Aku menjadi perempuan paling bahagia saat lakumu terukir jelas dalam bunga tidurku, nyaris aku tak mau bangun meski percikan air dari Ibuku telah membasahi sebagian bantalku. Aku tetap tak ingin terbangun dari mimpi tentangmu.

Hai laki-laki berwajah senja, kali ini aku tak sanggup lagi menahan magma perasaanku yang mungkin sebentar lagi akan meledak, Bisakah kau carikan tempat agar laharnya tak keluar dan memporak-porandakan kerja otakku.
Aku melihat banyak sudut dalam duniamu, namun tak ada satu sudut-pun yang mampu ku jangkau. mungkin terlalu gelap, terlalu terang atau terlalu dalam hingga satu-pun tak ada yang ku dapati.
Mungkin benar kata orang, 'kau dan aku sungguh berbeda'. Ada dunia yang tidak mampu kita sulap menjadi satu, Yaah Duniaku dan Duniamu
Dan pada akhirnya, kita akan kembali pada dunia masing-masing.
Terima kasih sudah memperkenalkan dunia baru, meski sungguh tak bisa aku memahaminya dengan utuh.