Rabu, 12 November 2014

Hari Ini Yang Katanya hari Ayah

Apa yang sedang kau lakukan sekarang ayah? 
sedang berbincang-bincang dengan Rabb kita kah? atau sedang bermain dengan malaikat-malaikat syurga?

Hari ini di kampus teman-teman sibuk sekali dengan Handphone-nya, menelfon kesana kemari dengan Ayahnya. Ada yang tersenyum, tertawa tapi ada juga yang menangis saat mendengar suara ayahnya melalui telfon genggamnya. Dan aku hanya sebagai pengamat tanpa berkomentar.
kau tahu Ayah, sebenarnya aku juga ingin melakukan hal yang sama, yang selalu aku lakukan setiap hari sabtu atau minggu. tapi aku lupa satu hal, bahwa benda canggih itu tak mampu menembus dunia barumu.
Lalu, aku berfikir bagaimana caranya mengirim kata-kata cinta untukmu, karena ku pikir hari ini adalah hari yang tepat. Hari dimana mereka sibuk mengingat ayah mereka masing-masing, hari dimana secara ajaib membuat mereka sadar bahwa seorang Ayah adalah pahlawan dalam hidup mereka, hari dimana jutaan kata cinta menguap begitu saja melalui mulut-mulut mereka. Hari yang mereka sebut sebagai hari Ayah.

Lagi-lagi aku tak bisa menangis Ayah, bukan karena aku kuat, tapi aku hanya tidak mau mereka melihat air mataku, aku tidak ingin membagi mendung kepada mereka dan aku juga tak ingin merusak suasana mesra mereka dengan para Ayahnya.
Sampai ada salah satu temanku yang bertanya Ayah, "Ra, bagaimana kamu bisa melewati ini?kehilangan seseorang yang kamu cintai". "seandainya aku di posisimu, sepertinya aku tidak mampu sekuat dirimu, meskipun itu palsu".
Aku jawab saja, "Ini jalan terbaik untuk Ayah-ku, Aku harus bisa tersenyum karena aku yakin di sana Ayah-ku sedang berbahagia", "Bukankah kembali kepada Rabb-Nya adalah suatu KeNiscayaan hidup setiap manusia".
Bagaimana Ayah??apa jawabanku begitu Puitis?atau bahkan terlalu Rasionalis?
Semoga kau bangga dengan jawabanku Ayah, Aku membayangkan kau tersenyum sambil berkata "Anakku memang pandai sekali berkata-kata".

Di hari ini, di tanggal 12 November yang katanya adalah hari Ayah.
Beserta hujan, aku kirimkan doa-doa sebagai pelipur lara, doa-doa untuk kebahagiaanmu di syurga.
Tak perlu SMS, E-mail ataupun Surat. Cukup deruan angin sore sebagai penghantarnya.
Ayah, Rindu ini terus menggelepar bertautan dengan dentuman jantung yang terus berdetak.
Tersenyumlah Ayah, Rabb kita selalu punya cara terbaik untuk mempertemukan kita lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar