Sabtu, 08 November 2014

Sekarang-Selamanya

Seperti yang pernah kau katakan padaku, hidup ini singkat dan kita harus pandai mewarnainya dengan warna-warna cerah. Kau tahu, aku selalu cukup dengan satu warna, bukankah kau sudah hafal warna mana yang selalu aku gunakan?
kadang kita terlalu bermanja dengan waktu, kita berharap kebersamaan ini tak pernah lapuk oleh masa. hingga aku terlalu sibuk menggenggam tanganmu, menautkan jemariku pada jemarimu. dan saat itu aku benar-benar lupa bahwa kita akan kembali menyendiri, entah aku atau kamu-dulu.

Saat ini, entah siapa yang mewarnai hidupmu, entah dengan warna apa Ia mewarnainya, semoga adalah warna kesukaanmu. dan harusnya kau senang, karena takdir menyeretmu kepada seseorang dan bukan aku.
aku selalu berdoa, semoga yang di pertemukan pertama adalah kau dan bukan aku. Tuhan tahu kau adalah tipe makhluk homo sapiens yang akan mati jika terlalu lama sendiri.
Ah setidaknya berubahlah agar tak terkesan cengeng.

Jangan di tanya bagaimana kabarku, setidaknya kau sudah hafal bagaimana aku. Yang katanya Perempuan tanpa air mata, darimana kau dapati kata canggih itu? kenapa dulu aku tak berfikir untuk bertanya alasannya. 
Mungkin itu yang membuatmu tak pernah khawatir kala meninggalkanku, setidaknya bagimu aku terlalu pandai untuk jaga diri. Tapi kau benar, aku-lah perempuan yang kau maksud itu, perempuan yang katamu-terlalu tangguh-bahkan untuk ukuran kehilangan.

Sudah selesai, aku tak perlu warna lain di hidupku. Aku sudah pernah merasa puas dengan satu warna.
kau benar, hidup ini singkat. Karena itu, ku berikan kesempatan bagi Dia-dia yang lain untuk dapat menangkap radarku.
Baiklah.. detik ini, kita cukup berdoa pada Tuhan, agar di lain kesempatan kita dapat bertemu lagi dan meluruhkan jarak yang pernah tercipta. hanya sekedar menyapa  hay dan apa kabar.
Jangan lupa, dengan radar-yang telah kita bawa masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar