Rabu, 22 Oktober 2014

Kapan Kau Pulang ?

Untukmu yang sedang mengembara di negeri antah berantah, sedang apa kau di sana? aku berharap kau tak pernah lupa jalan pulang.
Malam menunggu kita untuk kembali meringkuk dalam dinginnnya, dan hujan membutuhkan tafsiran baru atas perasaan yang sudah enam tahun silam kau lepaskan. Yang kau lihat sekarang hanya aku dengan sayatan luka lama dan terus mengobatinya dengan cuka. Bolehkah untuk kedua kalinya aku memahat namamu pada batang pohon beringin yang pernah kita tanam bersama?
Aku mulai tak percaya dengan kenyataan, aku mulai nyaman dengan alam bawah sadarku yang terus berkelana mencarimu. bahkan aku seperti hilang ingatan, saat ke-absurd-an ku mulai tak di mengerti oleh kebanyakan orang. Namun bagimu, aku tetap perempuan manis yang selalu pandai mengukir senyum di bibirmu, bukan?
Pertanyaan demi pertanyaan selalu aku sajikan demi sebuah jawaban, Kapan kau pulang? dengan kosakata dan intonasi yang sama, tak pernah aku lebihi atau sekedar aku kurangi. Bagaimana bisa kau menyimpan rindu itu sendiri? mungkin kau mulai belajar menjadi benda mati.
Simpel saja, hari ini ku kirimkan tiket kenangan kita untuk menjemputmu pulang. Semoga kau segera lepas landas dari dunia lama-mu yang kau sulap menjadi baru. Harus berapa lama lagi aku menahan rasa kantuk-ku hanya untuk sekedar menunggumu pulang. sudah seratus tujuh puluh tiga malam aku terjaga, takut-takut jika saja kau berubah pikiran dan pintu masih tertutup. Terbayang kan bagaimana besarnya kantung mataku, aku sendiri takut jika nanti orang mengataiku dengan mata panda. tapi buatmu, tak pernah ada yang di sesali.
Padahal sebenarnya aku tahu, bahwa kau tak akan kembali pulang. Tapi bukankah sudah ku bilang sebelumnya, buatmu tak pernah ada yang di sesali. sudah ku pertimbangkan masak-masak sampai nyaris gosong perasaan ini.
Untukmu rindu ini terus mengalir bersama sisa luka yang belum ku temukan obatnya.
selamat berjumpa lagi, meski dengan sapaan dan senyum yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar