Senin, 20 Oktober 2014

Seandainya aku bisa menulis takdirku sendiri

Seandainya aku bisa menulis takdirku sendiri,
nama yang akan ku tulis dalam buku muka hatiku adalah namamu

Aku selalu tahu luka akan terus mengendap, setiap kali ku ratapi tulisan itu yang masih terukir indah dalam buku diary-ku. Bagaimana jika kata 'seandainya' bisa di ganti dengan 'semoga'? apa kau setuju? setidaknya pengharapan baru yang lebih kuat muncul dalam kata itu. Yah pengharapan bersamamu, siapa lagi jika bukan kamu.
Bukankah aku dan kamu pernah menjadi 'kita'. Tidak bisakah mengulanginya bahkan jika hanya menjadi penyamar rasa yang semakin suram.
pasti kau berfikir aku sudah kehilangan kewarasanku. tidak..tidak, aku hanya sedikit berfikir bagaimana caranya untuk bisa membelokkan takdir, sama halnya ketika aku belajar mengendarai dan membelokkan sepeda pancal dulu, sesuai arah yang ku inginkan, mudah sekali kan?. 
Tapi hatiku ibarat white board dengan kesalahan penulisan namamu yang memakai spidol permanent, susah sekali untuk di bersihkan, bahkan ketika sudah terhapus-pun sisa coretannya masih tinggal dan membekas. Itulah kenapa hatiku masih terasa penuh.
kau tidak akan mengerti seberapa usahaku mencoba membelokkan takdir, berharap Ia benar-benar berbaik hati dan mendukungku. Tapi kau tahu, takdir ini sama halnya denganmu, terus mencandaiku tanpa jejak tawa yang mengembang.
Tak bisakah kau lihat jika ini lucu? perempuan yang kau pikir sempurna rasionalitasnya dapat menciderai otaknya sendiri hanya karena lima huruf yang berawalan C dan akhiran A.
Ah, sudah tak terpikirkan tentang itu, aku hanya ingin merajut bahagia bersamamu meski dalam ilusi. Sepertinya itu cukup membuat ku tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar