Sabtu, 18 Oktober 2014

Sampul Biru

catatan itu, goresan pena itu .. yah aku ingat sekarang.. tapi entah, aku lupa tepatnya, tanggal berapa, jam berapa, menit dan detik ke berapa sungguh aku lupa, aku tidak bisa mengingat secara detail, otak ku sudah lumpuh untuk kembali mengingat itu.
Tapi hari itu, saat dimana catatan itu kau tulis, dan tulisan itu kau ukir dengan tinta mawar
aku masih mengingat isinya, ternyata otak ku belum benar-benar lumpuh dalam mengingat itu
dia masih bisa berfikir untuk hal-hal yang terasa pahit dan memilukan
bahkan tanpa kau suruh menghafal-pun aku masih ingat tiap abjad yang kau ukir dan tiap kata yang tersemat dalam buku bersampul biru.

nampaknya Tuhan tidak ingin membuang catatan itu dalam fikiranku secara sempurna, Dia ingin melakukan konsolidasi denganku, sebelum aku mengiyakan serta mengikhlaskan.
percuma saja, karena bagiku semua memang sudah tak penting lagi, dulu goresan itu ibarat lukisan dewa yang paling sakral sehingga tak ada yang boleh menjamahnya.
Haah terlalu berlebihan rasanya...

dan tinta mawar itu, sekarang kemana larinya??kemana dia membawamu pergi??
bukankah dia sudah tumpah menggenangi buku bersampul biru.
bahkan kau yang mengukir saja sudah tak paham apa maknanya, sudah tak hafal bagaimana mengucapkan mantranya.
bagaimana aku, yang baru mengerti sebagian kemudian harus tergores oleh tumpahan tinta mawar.
Oranglain bertanya-tanya, apa isinya, apa maksudnya, apa mantranya.
mereka bertanya kepadaku
Aku teramat polos menjawab "aku tak mengerti" "Coba tanya Dia"
Heee dan kau sudah berlari, ke tepi pantai dan kemudian senyap

Coretan yang utuh dalam sampul biru itu
pecah pixel-pixelnya hingga buram
Baguslah, setidaknya bisa segera di Enyahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar