Kamis, 09 Oktober 2014

Surat Untuk Ayah

Senyummu mungkin sudah lusuh, berbalut keriput yang mulai kentara menghiasi wajahmu
ketampananmu juga mulai pudar, berhias sendu pada kedua bola matamu.
Ayah, semangat dan ketangguhanmu ternyata menular padaku
engkau tahu, anakmu ini selalu berhasil menghentikan gerimis dalam hidupnya.
pernah ada yang bertanya padaku "siapa cinta pertamamu?" aku jawab "ayahku". sungguh ayah, aku tak berbohong apalagi sampai menggombal. tak sampai hati ayah.
aku tidak tahu ayah, kemana lagi bisa ku temukan orang seperti dirimu, sepertinya hanya satu di dunia ini, sungguh engkau tidak mempunyai kembaran bukan?
kasar serta lebamnya tanganmu, menjadi pertanda betapa keras hidupmu
namun itu yang mengajarkanku banyak hal, tentang kehidupan dan perjuangan hingga di tahun ke-4 perkuliahanku, aku masih bisa tertawa di tengan kejenuhan diktat-diktat perkuliahan.
Di mata sebagian orang, katanya aku penuh ambisi.
tapi bagimu, aku tetap gadis manis yang masih suka merengek saat tak ada makanan di kulkas kan ayah?

di kota dingin ini, engkau tak perlu khawatir, aku selalu membawa jaket kemanapun,
aku juga tak pernah telat makan lagi
tapi aku sering begadang ayah, karena tugas-tugas kuliah yang menumpuk dan kadang-kadang tak bisa diprediksi, tapi tenang aku sudah cukup mengenal angin dan malamnya.

lantas, bagaimana kabarmu di kota panas kita?
aahh kota itu, meskipun panas tapi aku selalu merindukan angin lautnya.
aku dengar, sakitmu semakin bertambah, apakah benar ayah?
kata ibu, benjolan di lehermu semakin banyak bahkan sampai ke ketiak.
mengapa bisa seperti itu, sepertinya baru kemarin aku melihatmu tanpa beban, tanpa rasa sakit.
atau mungkin aku terlalu sibuk dengan duniaku dan tak sempat memperhatikan?
atau kau yang pandai menyembunyikan rasa sakitmu?
kadang tak percaya, laki-laki seperkasa dirimu bisa terkapar sakit
apalagi saat melihat potret masa mudamu, aaiiihhh macho sekali ayah.

21 tahun ini, aku sama sekali tak pernah mengatakan "aku mencintaimu"
tapi sungguh ayah, tanpa aku mengatakannya "aku sudah jatuh cinta padamu,semenjak aku tahu kau adalah ayahku".
aku selalu mencintaimu lewat doa, memohonkan kesehatan dan kelapangan rezeki untukmu.
bukankah kau ingin melihatku memakai toga?di wisuda?
di silangkan tali topi toga dari kiri ke kanan oleh pak rektor. iya kan ayah?
maka, tunggulah ayah
akan segera aku realisasikan permintaanmu itu.
sekarang aku sedang berjibaku, berperang dengan beberapa mata kuliah yang sudah, telah atau bakan belum aku tempuh.
tenang ayah, aku sudah mempersiapkan senjata.
tunggu saja aku di pintu sana, di ujung sana itu, aku akan membawa tanda kelulusan padamu.
jangan risau ayah, sejenak saja dan jangan bergeming dulu dari pintu itu, aku akan segera kembali.

Jika Tuhan mengajakmu, katakan pada-Nya bahwa kau sedang menungguku.
aku akan segera kembali ayah, aku berjanji padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar