Selasa, 14 Oktober 2014

Malam Minggu

Bagi kita malam minggu seperti malam-malam biasa, tidak ada yang spesial.
katamu, kita tak perlu ikut hanyut dalam atmosfer itu hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa cinta kita ada, bahkan kamu tak ingin menghabiskan waktu dengan percuma seperti halnya pasangan muda-mudi lainnya.
Cinta kita tak lagi muda, kita telah menghabiskan ribuan musim bersama, seperti halnya burung merpati yang tak pernah ingkar janji.
bahkan kamu lebih senang, jika kita menghabiskan malam minggu dengan bermunajat kepada-Nya, memohon keberkahan cinta kita. atau sekedar bercengkrama dengan ayah ibuku.
Teringat suatu hari, kamu mampu membuat ayahku yang begitu dingin tertawa hingga terlihat deretan giginya yang nyaris tanggal dan ibuku dengan senyum ramahnya menyambutmu dengan teh manis buatannya. sekalipun kamu tak pernah membelikanku seikat bunga.
kebersamaan kita selalu menyenangkan meski ruang waktu menjadi penguji kesetiaan kita, namun kita mampu bertahan hingga detak jarum jam seperti ingin menyerah.
Bagimu malam minggu sama seperti malam-malam berikutnya dalam seminggu.
karena cinta kita ada bukan hanya satu malam saja, namun juga di malam-malam selanjutnya, terus seperti itu. selamanya.

Dan ketika ku dengar sayup-sayup pembicaraanmu pada orang tua ku di malam minggu itu, tentang lamaranmu, tentang rencanamu menikahiku dalam waktu dekat, serta berbagai rencana lain yang telah kau susun begitu apik demi masa depan kita nanti, yang tanpa di suruh kau presentasikan di depan kedua orang tuaku. Sungguh kau tak perlu memberi aku mawar untuk sekedar membuat hati ku mewangi, dan kau juga tak perlu memberi aku sebatang coklat hanya untuk membuat hatiku meloncat riang. Keinginanmu untuk mempersuntingku yang kau utarakan lewat orang tuaku telah membuat hatiku bergetar dan luluh seluluh-luluhnya. aku menangis haru, dengan tetap memegang ujung gorden sebagai peganganku.
kau tahu, aku menjadi perempuan paling sempurna di malam itu, di cintai oleh sosok laki-laki sepertimu, yang keindahannya seakan takut untuk dinikmati oleh perempuan lain, kau tundukkan pandanganmu hanya untuk menjaga kesetiaanmu padaku. tak pernah terbayang olehku dapat bersanding bersama laki-laki yang belakangan ini mengintip malu dalam bunga tidurku, laki-laki yang sosoknya tak pernah aku impikan sebelumnya akan menjadi kekasih halalku serta menjadi ayah dari anak-anak ku.

Di saat para remaja sedang asyik bercumbu rayu dengan pasangannya masing-masing, di dalam keremangan malam dan kepekatan hubungan. Engkau justru datang ke rumahku, bertemu orang tuaku. dan dengan ksatria kau ungkapkan keinginanmu untuk segera menghalalkanku.
maka tak ada alasan lagi untuk menolak, jawabku 'iya' meski dengan tertunduk memegangi ujung kerudungku, aku takut kau melihat wajahku yang mungkin sudah berubah menjadi kemerahan 'mirip kepiting rebus'.

Dari situlah aku mulai menyukai malam minggu, meski setelah itu kau tak pernah datang lagi karena kesibukanmu yang harus menyelesaikan beberapa proyek di luar kota. meski kau tak pernah sekalipun mengajakku untuk bermalam minggu saat kau kembali dari pekerjaanmu, meski kau selalu menganggap tidak ada yang spesial di malam minggu. Meski katamu, kau tanpa sengaja melamarku di malam minggu. Tapi aku tetaplah perempuan, yang selalu pandai menyimpan kenangan meski hanya di sudut terkecil dalam pikirannya. dan kau melupakan satu hal tentang itu.
kita punya cara sendiri-sendiri untuk menikmati 'malam minggu'. Aku, Kamu dan Mereka

2 komentar:

  1. Wah keren nduk... seneng punya temen yg suka ngeblog juga... jangan lupa mampir balik ya nduk hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suuiiip mbak, aku juga uda sering stalking-in blog nya mbak ima :)
      lanjutkan mbaaak

      Hapus